Selasa, 05 Mei 2015

Akhirnya Kau Bergoyang


Oleh: Ulya

Maryamah, kembang desa yang berhasil memenangkan Miss Desa lima kali berturut-turut, mengadakan sayembara. Gadis yang terkenal lumayan sombong ini memiliki tanaman peliharaan yang aneh, rumput yang tak mau bergoyang.

"Siapa yang bisa membuat rumput ini bergoyang, maka jika lelaki, akan aku jadikan suami. Jika wanita, akan aku beri voucher konsultasi kecantikan berlaku tiga bulan."

Mendengar sayembara tersebut, tiga bersaudara yang rumahnya di samping rumah sepupu Pak RT pun tertarik ikut.

"Ah, pasti aku yang akan memenangkan sayembara ini," ujar Do, si sulung, percaya diri.

"Tidak mungkin. Aku sudah tahu caranya agar rumput itu mau bergoyang." Re, si tengah, membantah.

Pemuda beralis Shincan tersenyum licik. Mi namanya, anak paling bungsu keluarga itu. Dia berkata,"Halah ..., jangan banyak omong. Aku jelas lebih muda dari kalian. Otakku pun lebih cerdas. Kita lihat saja nanti, siapa yang kalah, wajib menggantikan tugasku mencabut uban emak selama satu bulan. Deal?"

Do tampak ragu, sedang Re tanpa menunggu bulan tersenyum padanya langsung menjawab,"Deal!"

"Bagaimana, Do, Deal?"

Do bingung, dia mengedarkan pandangan ke arah penonton yang tak ada.

"Oke Deal!" ucapnya lantang.

"Oke ..., tudung nasi silakan dibukaaaa!"

Plak! Mereka pun makan bersama-sama.

***

Keesokan harinya, sampailah ketiga pemuda bersaudara itu ke tempat sayembara. Banyak pemuda yang memasang wajah kusut, mungkin pagi tadi belum sempat disetrika.

Do maju, mengamati sebatang rumput dalam pot yang diam mematung. Pemuda bergigi gingsul di depan itu terus meniup-niupi sang rumput yang angkuh. Satu kali, dua kali, hingga berkali-kali. Tetap tak bergerak. Akhirnya dia mundur teratur setelah mendapati daging pipinya melebar seperti adonan martabak.

"Aku menyerah!" ujar Do lirih. Gagal!

Melihat sang kakak yang gagal, Re maju. Dia menggulung lengan kemeja hingga siku, membuka kancingnya dan tampaklah pakaian bagian dalam yang dia pakai. Kaos blaster zebra.

"Kipas ini pasti akan membuatmu bergoyang. Put ... rumput. Put ... rumput."

Pemuda yang berdagang sate itu terus-menerus mengipasi sang rumput yang bergeming. Sama seperti Do, rumput itu seolah membatu. Meski dikipas sampai tangan pegal, dia tetap diam tanpa kata. Tak putus asa, Re mengeluarkan kipas angin gelombang cinta peninggalan temannya Empu Gandring. Konon, angin dari kipas angin itu bukan hanya bisa menggerakkan benda apapun, tapi juga bisa merontokkan bulu hidung. Hanya bulu hidung, bukan yang lain.

Re memakai masker menutupi hidungnya, lalu menyalakan kipas angin. Semua penonton menutup wajah, takut terkena lambaian angin dahsyat itu. Angin tornado satu jurusan dari kipas angin mencoba menggoyangkan rumput, tapi tak mempan.

"Gagal!" Maryamah berteriak sambil memencet hidung. Suaranya terdengar unik.

Sebagian penonton berseru tak jelas. Sebagian lagi tertawa. Penonton yang duduk di pojok sambil makan kacang malah geleng-geleng kepala barbie.

Akhirnya, Mi maju dengan percaya diri. Dia tak sendiri. Di sampingnya berdiri seorang penyanyi dangdut yang kurang terkenal, Ceri Cerita. Mi merasa pintar. Pikirnya, dangdut bisa mengajak orang bergoyang, bisa jadi rumput itu pun akan turut serta bergoyang.

Musik dimainkan, Ceri Cerita bernyanyi lagu 'Goyang Gamang'. Semua penonton berjoget asyik, kecuali si rumput yang masih tampak sombong. Tak bergerak sedikit pun.

Mi putus asa. "Aku menyerah, ternyata tetap tak bisa goyang," ucapnya sambil melangkah mundur.

Tiba-tiba ....

"Tunggu!" Seorang kakek tua yang giginya tinggal dua, keluar dari kerumunan penonton. "Mainkan musiknya sekali lagi!" lanjutnya lantang.

Musik kembali dimainkan, Ceri Cerita menyanyi lagi setelah sepakat dapat bayaran tambahan. Sang kakek mendekati rumput, mengamatinya dengan tersenyum.

"Aku tahu apa maumu."

Sang kakek yang belum sempat memperkenalkan nama itu mencopot peci, lalu mengeluarkan lembaran uang dua ribu rupiah satu-satunya yang dia punya.

"Kau rindu ini, kan?"

Saweran! Spontan sang rumput pun bergoyang riang mengikuti irama musik. Maryamah yang sombong langsung pingsan tak bisa menerima kenyataan.

Sekian.

-------------

(Maret,2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar